Senin, 09 April 2012

Globalisasi dan Modernisasi



Globalisasi adalah proses penyebaran unsur-unsur baru khususnya yang menyangkut informasi secara mendunia melalui media cetak dan elektronik.
Khususnya, globalisasi terbentuk oleh adanya kemajuan di bidang komunikasi dunia.
Ada pula yang mendefinisikan globalisasi sebagai hilangnya batas ruang dan waktu akibat kemajuan teknologi informasi. Globalisasi terjadi karena faktor-faktor nilai budaya luar, seperti:
a. selalu meningkatkan pengetahuan;
b. patuh hukum;
c. kemandirian;
d. keterbukaan;
e. rasionalisasi;
f. etos kerja;
g. kemampuan memprediksi;
h. efisiensi dan produktivitas;
i. keberanian bersaing; dan
j. manajemen resiko.

Globalisasi terjadi melalui berbagai saluran, di antaranya:
a. lembaga pendidikan dan ilmu pengetahuan;
b. lembaga keagamaan;
c. indutri internasional dan lembaga perdagangan;
d. wisata mancanegara;
e. saluran komunikasi dan telekomunikasi internasional;
f. lembaga internasional yang mengatur peraturan internasional; dan
g. lembaga kenegaraan seperti hubungan diplomatik dan konsuler.

Globalisasi berpengaruh pada hampir semua aspek kehidupan masyarakat. Ada masyarakat yang dapat menerima adanya globalisasi, seperti generasi muda, penduduk dengan status sosial yang tinggi, dan masyarakat kota. Namun, ada pula masyarakat yang sulit menerima atau bahkan menolak globalisasi seperti masyarakat di daerah terpencil, generasi tua yang kehidupannya stagnan, dan masyarakat yang belum siap baik fisik maupun mental.

Modernisasi dalam ilmu sosial merujuk pada sebuah bentuk transformasi dari keadaan yang kurang maju atau kurang berkembang ke arah yang lebih baik dengan harapan akan tercapai kehidupan masyarakat yang lebih maju, berkembang, dan makmur.
Diungkapkan pula modernisasi merupakan hasil dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang sekarang ini. Tingkat teknologi dalam membangun modernisasi betul-betul dirasakan dan dinikmati oleh semua lapisan masyarakat, dari kota metropolitan sampai ke desa-desa terpencil.

Rabu, 14 Maret 2012

MITOS MALAM JUM’AT


MITOS MALAM JUM’AT
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ustad Amin

Untuk memenuhi tugas dari mata kuliah ISBD (Ilmu Sosial Budaya Dasar) mengenai Latent Sosial Problem yang diampu Dosen Drs. Ana Maulana, M.Pd. Mengenai hal tersebut, terlintas dalam pikiran saya untuk mengambil tema tentang malam jum’at.
Malam jum’at diasumsikan sebagai malam yang menakutkan dan dijadikan ritual-ritual pemujaan. Untuk menjawab rasa penasaran saya mengapa malam jum’at di mitoskan sebagai malam yang menakutkan oleh segagian masyarakat. Akhirnya saya menanyakan pada ustad Amin untuk dimintai keterangannya tentang malam jum’at. Berdasarkan wawancara yang saya lakukan dengan beliau akhirnya saya menemukan jawaban mengenai malam jum’at.
Menurut keterangan yang saya dapatkan dari ustad Amin ternyata masyarakat kita salah kaprah mengartikan malam jum’at. Masyarakat menganggap bahwa malam jum’at adalah malam yang menakutkan penuh dengan mistis dan dijadikan ritual pemujaan. Sebagai contoh, anak kecil atau sebagian orang dewasa takut keluar malam apabila malam jum’at, alas an mereka beragam salah satunya dikaitkan dengan hal mistis seperti takut bertemu dengan hantu. Kemudian segelintir masyarakat ada yang memanfaatkan malam jum’at sebagai malam ritual untuk pemujaan. Tentu saja apabila hal tersebut terus dibiarkan akan terus meresahkan masyarakat yang lain serta memberikan pengaruh yang buruk.
Padahal malam jum’at bukan malam yang menakutkan karena justru di malam itu umat beragama islam justru dianjurkan untuk memperbanyak ibadah sunnah dan sesungguhnya jum’at adalah hari yang istimewa dalam agama islam. Malam jum’at menjadi suatu hal yang menakutkan itu karena malam jum’at merebak di kalangan masyarakat jawa. Sebab hari pasaran kliwon itu dikenal dalam penanggalan jawa banyak yang dilakukan pada malam jum’at. Seperti mencuci benda-benda pusaka seperti keris dan sebagainya. Sehingga masyarakat kita yang lainnya terbawa arus budaya tersebut.
Sesungguhnya dalam ajaran islam malam jum’at adalah malam yang dimuliakan. Akan tetapi cara pemuliaannya sangat berbeda. Malam jum’at adalah malam pemulaan hari jum’at karena pemulaan hari dalam islam dihitung sejak terbenamnya matahari. Maka hari jum’at dimulai ketika matahari terbenam di ufuk barat kamis malam atau malam jum’at. Itulah kemuliaan hari jum’at bukan ditetapkan berdasarkan mitos akan tetapi selaras dengan yang telah disyari’atkan oleh Allah SWT.
Jadi malam Jum’at bukanlah hari yang mesti ditakuti akan tetapi malam tersebut harus dimanfaatkan secara baik untuk meningkatkan ibadah sunnah seperti membaca Alqur’an surat yasin,melaksanakan shalat sunat seperti tahajjud,berdzikir dan sebagainya. Berdasarkan hadist Abu Sa’id Al-Khudri RA. Rasullallah saw bersabda “Barang siapa membaca surat Al-Kahfi pada malam jum’at maka dipancarkan untuknya Allah SWT akan menyinarinya dengan cahaya antara dia dan baitul Atiq.
Jelaslah sekarang bahwa malam jum’at adalah malam yang istimewa bukan malam yang menakutkan. Banyak peristiwa-peristiwa besar yang terjadi pada hari jum’at seperti kelahiran nabi besar Muhammad saw. Bahkan bila seorang suami istri sedang melaksanakan kewajiban di malam tersebut seremonial istigosah mereka lebih semangat dan pahalanya berlipat ganda melebihi pahala bejihad melawan umat yahudi.
Solusi yang baik untuk mengurangi kepercayaan terhadap mitos malam jum’at adalah malam yang menakutkan yaitu dengan cara mengikuti pengajian,Banyak bertanya bila ada suatu hal yang mengganjal dan tidak masuk dalam logika, dan sebaiknya lebih mendekatkan diri kita kepada maha kuasa Allah SWT berserah dalam hidup dan mati hanyalah Allah yang menentukan.